Selasa, 14 Maret 2017

antena yagi 2

Apa itu Antena Yagi dan Kegunaannya

Antena Yagi
Antena Yagi, PF 5000
Antena Yagi atau antena Yagi-Uda RF digunakan secara luas dan merupakan salah satu antena desain paling sukses atau banyak digunakan untuk aplikasi RF direktif. Antena Yagi-Uda adalah nama lengkapnya, pada umumnya dikenal dengan sebutanYagi atau antena Yagi. RF singkatan dari frekuensi radio. Antena ini diciptakan oleh dua penemu asal Jepang Yagi dan Uda (muridnya). Antena ada banyak macamnya dan tiap jenis antena masing-masing diciptakan sesuai untuk tujuan yang berbeda dan masing-masing berfungsi terbaik pada frekuensi tertentu.

Antena Yagi digunakan untuk menerima atau mengirim sinyal radio. Antena ini dolo banyak digunakan pada Perang Dunia ke 2 karena antena ini amat mudah dibuat dan tidak terlalu ribet. Antena Yagi adalah antena direktional, artinya dia hanya dapat mengambil atau menerima sinyal pada satu arah (yaitu depan), oleh karena itu antena ini berbeda dengan antena dipole standar yang dapat mengambil sinyal sama baiknya dalam setiap arah. Antena dipole adalah antena paling sederhana, dia hanya menggunakan satu elemen tunggal. Antena Yagi biasanya memiliki Gain sekitar 3 – 20 dBd.

Bagian-bagian dari Yagi dan cara kerjanya:
Setiap antena Yagi terdiri dari dipole, reflektor dan director. Bagian utama antena yang memegang tiap elemen antena Yagi disebut dengan crossbar atau boom. Anda perlu mengarahkan crossbar atau boom antena menuju ke arah datangnya sinyal untuk menerima sinyal secara maksimal. Jika anda tidak tau dimana letak transmitter atau datangnya sinyal, anda bisa melihat antena2 televisi di atas sekelompok rumah dan perhatikan kemana antena tersebut mengarah, biasanya mereka akan mengarah ke arah yang sama. Itu akan memberitahu anda arah di mana pemancar televisi berada.

Bagian dari Antena Yagi
Bagian dari Antena Yagi

Bagian dipole biasanya terhubung langsung ke kabel koaksial karena dia merupakan bagian yang bertugas untuk menerima energi frekuensi radio. Bagian lainnya terdiri dari beberapa elemen reflektor dan minimal satu director. Dibelakang dipole terdapat reflektor yang biasanya 5% lebih panjang dari dipole. Reflektor berfungsi untuk memantulkan sinyal yang terlewat dari bagian-bagian elemen tengah kembali ke mereka. Bagian director biasanya 5% lebih pendek daripada dipole dan mereka berfungsi untuk mengarahkan sinyal ke arah yg ditujukan.

Seperti yang mereka ketahui bahwa penambahan direktor pada antena akan meningkatkan directivity antena, meningkatkan Gain dan mengurangi beamwidth. Namun penambahan reflektor tidak ada pengaruhnya. Makin banyak dipole yang dimiliki antena pada plane yang sama maka makin banyak sinyal band yang akan diterima pada waktu yang sama. Ketika anda mengarahkan antena tersebut ke arah datangnya signal, elemen-elemen yang kecil akan menarik sinyalnya ke elemen bagian tengah, dan elemen yang lebih panjang (reflektor) akan memantulkan sinyal yang lolos kembali ke elemen tengah.

Jenis antena ini sengaja dibuat untuk fokus pada satu arah, ke depan. Gelombang arah lain dibatalkan. Pada kenyataannya, Yagi adalah antena yang paling umum digunakan dalam aplikasi yang beroperasi di atas 10 MHz.

antena yagi

  Pengertian Antena Yagi

Antenna adalah perangkat yang diguankan untuk mengirim dan menerima sinyal. Antenna dibuat dengan berbagai bentuk sesuai dengan fungsi penerapanya. Salah satu jenis antenna yang akan penulis bahas adalah antenna Yagi atau juga dikenal Yagi Uda.
Antenna Yagi adalah jenis antenna radio atau televise yang diciptakan oleh Hidetsugu Yagi dan Dr. Shintaro Uda. Antenna Yagi digunakan secara luas dan merupakan salah satu antenna dengan desain paling sukses dan banyak digunakan untuk aplikasi RF direktif. Antenna Yagi digunakan untuk menerima atau mengirim sinyal radio. Antenna ini dulu banyak digunakan pada Perang Dunia Ke-2 karena antenna ini mudah dibuat dan tidak terlalu ribet.
Antena Yagi adalah antenna directional, artinya dia hanya dapat mengambil atau menerima sinyal pada satu arah (yaitu depan), olek karena itu antenna ini berbeda dengan antenna dipole standar yang dapat mengambil sinyal sama baiknya dalam setiap arah. Antenna Yagi biasanya memiliki Gain sekitar 3-20 dB.
2.      Prinsip Kerja Antena Yagi
Setiap elemen menerima energy dan memancarkan kembali energi tersebut. Batang batang yang bertetangga mengambil kembali sebagian energy yang di pancarkan, jika batang-batang terletak dalam jarak yang baik. Keadaan ini memperlihatkan suatu penggandeng pemancaran. Antenna Yagi adalah antenna directional yaitu antenna yang hanya dapat mengambil atau menerima sinyal dari satu arah yaitu depan karena sisi antenna yang berada di belakang reflector memiliki gain yang lebih kecil daripada di depan director. Antenna Yagi biasanya memiliki gain sekitar 3-20 dB.
3.      Beberapa Bentuk Antena Yagi


4.      Bagian-Bagian Penyusun Antenna Yagi
Elemen dari antenna Yagi terdiri dari :
a.       Driven adalah titik catu dari kabel antenna, biasanya panjang fisik driven adalah setengah panjang gelomabang (0,5 λ) dari frekuensi radio yang dipancarkan atau diterima. Sehingga rumus untuk menghitung total panjang Driven Element sebuah Yagi adalah :

Dimana :
f : frekwensi kerja yang diinginkan.
λ : panjang gelombang diudara
L : panjang Driven Element.
K : velocity factor pada logam yang diambil sebesar 0,95.
b.      Reflector adalah bagian belakang antenna yang berfungsi sebagai pemantul sinyal dengan panjang fisik lebih panjang dari pada driven, biasanya panjang reflector adalah 0,55λ.
c.  Director adalah bagian pengarah antenna, ukurannya sedikit lebih pendek dari pada driven. Penambahan batang director akan menambah gain antenna, namun akan membuat pola pengarahan antenna lebih sempit. Semakin banyak jumlah director, maka semakin sempit arahnya.
d.   Boom adalah bagian ditempatkannya driven, reflector dan director. Boom berbentuk sebatang logam atau kayu yang panjangnya sepanjang antenna itu. Antena Yagi, juga memiliki spasi (jarak) antara elmen. Pada umumnya jaraknya sama yaitu 0,1 λ dari frekuensi.
5.      Pola Radiasi Antena Yagi
Antena mempunyai karakteristik tersendiri yang di sebut Pola Radiasi. Pola Radiasi antenna Yagi adalah Direksional,. Artinya permabatan sinyal dari antenna Yagi hanya terletak pada stu garis lurus. Jika terjadi kemiringan sudut dari antenna atau sumber sinyal, maka sinyal yang diterima akan menjadi kurang bagus. Pola radiasi direksional antenna Yagi di gambarkan sebagai berikut:
Pada saat 0° adalah arah kemana antenna harus diletakkan menghadap pemancar. Gambar disamping mempunyai sudut bukaan αEo, 7 = 36° pemancar  yang terletak pada arah daerah bukaan akan diterima dengan baik.

6.      Kelebihan dan Kekurangan Antena Yagi
No
kelebihan
kekurangan
1.
Penguatan dapat diatur sesuai keburuhan
Bahan untuk merangkai cukup banyak
2.
Penggunakan perinsip antenna direksional
Pembuatan dan perhitungan relative sulit
3.
Bias digunakan pada frekuensi tinggi
7.      Antenna Yagi untuk HF
a.       Antenna Yagi Dua Elemen Kawat
Untuk band-band 10-30 meter, bahan elemen dapat dari tubing aluminium, sehingga memungkinkan untuk diputar-putar arahnya. Akan tetapi untuk band 160 atau 80 meter, tubing aluminium menjadi tidak praktis karena terlalu panjang, sehingga kurang kuat, lebih praktis menggunakan kawat konsekuensi tidak dapat diputar arah.
Panjang elemen Yagi dipengaruhi oleh diameter elemen dan adanya sembungan-sambungan. Baik diameter elemen maupun banyaknya sambungan akan memberikan pengaruh terhadap kapasitansi antar elemen, karena dua buah logam yang terletak sejajar merupakan suatu kapasitor.
Rumrus perkiraan untuk menghitung panjang elemen dan spacing antenna Yagi dua elemen adalah sebagai berikut :
·         Driven elemen                                  145 / f (dalam MHz) meter.
·         Director                                            137 / f (dalam MHz) meter.
·         Spacing                                             36.6 / f (dalam MHz) meter
b.      Antenna Yagi Tiga Elemen
                  Elemen antenna yagi untuk band 20,17,15,12,dan 10 meter akan lebih praktis dibuat dari bahan tabing aluminium, sehingga dapat diputar-putar dengan menggunakan rotator yang digerakkan dengan listrik atau rotataor yang digrekkan dengan tangan.
Tubing yang diperlukan untuk membuat antena ini adalah tubing aluminium yang tebal yang disusun secara teleskopik, ialah ditengah diameter besar makin ke ujung diameter makin mengecil, agar antena tersebut tidak menjadi terlalu melengkung ke bawah pada ujung-ujungnya. Untuk antena 10 meter, elemen dapat dibuat dari tubing diameter 1⁄2 inch dan 3⁄4 inch, untuk 20 meter dengan diameter 1⁄4, 1⁄2 h, 3⁄4 dan 1 inch.
Antena untuk band band 20 sampai 10 meter dapat dibuat dengan 3 elemen, yaitu driven elemen, satu reflektor dan satu director. Power gain antena tergantung pada spacing antar elemen, dengan spacing 0.15 λ antena ini diharapkan akan memberikan gain sebesar sekitar 8 dB dengan front to back ratio antara 10 sampai 25 dB.
Panjang elemen dan spacing antar elemen dapat diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut ini:
· Reflektor elemen   153 / f (dalam MHz) meter.
· Driven elemen       144 / f (dalam MHz) meter.
· Director                 137 / f (dalam MHz) meter.
· Spacing                  36.6 / f (dalam MHz) meter.
c.       Antenna Yagi Empat Elemen
                  Elemen antenna Yagi diatas masih dapat ditambaha lagi menjadi empat elemen dengan menambahakan satu director akan tetapi panjang elemennya perku biunah. Power gain antenna tergantung pad spacing antar elemen atau panjang boomnya. Dengan panjang boom 0.45 λ antenna emapat elemen Yagi diharapkan akan memberikan gain sebesar 9.5 – 10 dB dengan front to back ration antara 15 -25 dB.
                  Untuk antenna Yagi empat elemen, perhitungan elemen serta spacing menjadi:
·           Reflektor elemen                           153 / f (dalam MHz) meter.
·           Driven elemen                                144 / f (dalam MHz) meter.
·           Director 1                                       137 / f (dalam MHz) meter.
·           Director 2                                       135 / f (dalam MHz) meter.
·           Spacing                                          36.6 / f (dalam MHz) meter.
                   Diameter tubing, panjang masing bagian elemen, serta ketinggian antenna akan berpengaruh terhadap kepanjangan elemen Yagi. Rumus diatas akan memberikan panjang teoritis yang masih perlu koreksi lingkungan
8.      Antenna Yagi untuk VHF
Antenna Yagi untuk band VHF dua meteran biasanya elemennya dibuat lebih banyak untuk mendapatkan gain yang memuaskan penggunanya. Walaupun penambahan director yang semakin banyak akan memberikan tambahan gainyang semakin kecil, akan tetapi karena wujud fisik antenna tersebut kecil dan ringan, maka penambahan elemen yang banyak tidak mempunyai dampak yang buruk bagi ketahanan boom dan ketahanan terhadap tiupan angina serta jumlah bahan yang dipakai.
Seperti halnya dengan antenna Yagi untuk HF, maka driven element dapat berupa dipole, akan tetapi kebanyakan mengunakan gamma matching device. Untuk band dua meteran, dimensi gamma matching device dibuat lebih kecil. Sedangkan bahan untuk elemen dapat digunakan tubing aluminium dari ¼ inch dan tidak perlu dibuat teleskopik.
Untuk VHF dua meteran, konfigurasi elemen-elemen dibuat tegak untuk mendapatkan polaritass vertical. Yang perlu diperhatikan feeder line harus diatur sedemikaian sehingga tegak lurus dengan arah bentengan elemen. Feeder line dapat ditarik ke arah belekang mengikuti boom atau dapat juga ditarik tegak lurus dengan boom dan tegak lurus pula dengan bentengan elemen.
Pada gambar diperkihatkan contoh antenna Yagi untuk VHF diameter dengan tujuh elemen, terdiri atas driven elemen, reflector dan lima buah director.


Matching dilakukan dengan mengatur gamma rod dan bracket sehingga didapatkan SWR yang baik. Menggerakkan bracket berarti mengatur induktansi dan menggerakkan rod berarti mengatur kapasitansi. Antara gamma rod dan inner coaxial membentuk suatu kondensator, nilai kapasitasnya ditentukan oleh panjang coaxial cable dalam gamma rod.



sumber:
http://ensiklo-mini.blogspot.com/2013/08/antena-yagi-uda-penjelasan-super-lengkap.html?m=1

antena propagasi



Propagasi adalah transmisi atau penyebaran sinyal dari suatu tempat ke tempat lain.

Media perambatan atau biasa juga disebut saluran transmisi gelombang dapat berupa fisik yaitu sepasang kawat konduktor, kabel koaksial dan berupa non fisik yaitu gelombang radio atau sinar laser. Pada Gambar merupakan gambaran singkat tentang propagasi gelombang (J, Herman, 1986: 1.4)














Propagasi terdiri dari 3 metode yaitu:

- Propagasi Gelombang Ground (Ground Wave Propagation)
Karakteristiknya:
-
Frekuensinya dibawah 2MHz
-
Muka gelombang yang melambat dikarenakan arus EM
-
Di induksikan ke bumi (miring ke bawah)
-
Mengalami difraksi dan penyebaran dari atmosfir

- Propagasi Gelombang Udara (Sky Wave Propagation)
Aplikasi ini biasanya digunakan untuk aplikasi radio amatir.
Karakteristiknya:
-
Frekuensinya 2 - 30 MHz
-
Transmisi sinyal dibiaskan oleh ionosfir dipantulkan ke bumi
-
Pantulan mengakibatkab sinyal diambil ribuan kilometer dari transmisi

- Line of Sight
Karakteristiknya:
-
Frekuensi di bawah 30 MHz, dimana gelombang ground dan udara tidak beroperasi
-
Tidak ada pembiasan dari ionosfir
Prinsip Kerja Antenna Reflektor Parabola. Reflektor parabola adalah antena Microwave. Untuk pemahaman yang lebih baik dari antena ini, konsep reflektor parabola akan dibahas dibawah ini.

Rentang Frekuensi Antenna Reflektor Parabola

Rentang frekuensi yang digunakan untuk aplikasi antena reflektor Parabolic atas 1 MHz. Antena ini banyak digunakan untuk radio dan aplikasi nirkabel.

 Prinsip Kerja Antenna Reflektor Parabola

Definisi standar parabola adalah - Fokus dari point, yang bergerak dalam sedemikian rupa sehingga jarak dari titik tetap (disebut fokus) ditambah jarak dari garis lurus (disebut directrix) adalah konstan.
Gambar berikut ini menunjukkan geometri dari reflektor parabola. Titik F adalah fokus (Feed diberikan) dan V adalah simpul. Garis yang menghubungkan F dan V adalah sumbu simetri. PQ adalah sinar tercermin di mana L mewakili garis directrix di mana poin kebohongan tercermin (untuk mengatakan bahwa mereka sedang collinear). Oleh karena itu, sesuai dengan definisi di atas, jarak antara F dan L berbaring konstan terhadap gelombang yang difokuskan.
Parabolic Reflector
Gelombang yang dipantulkan membentuk sebuah front gelombang colllimated, dari bentuk parabola. Rasio panjang fokus untuk ukuran aperture (yaitu., F / D) yang dikenal sebagai "f lebih rasio D" merupakan parameter penting dari reflektor parabola. Nilainya bervariasi 0,25-0,50.
Hukum refleksi menyatakan bahwa sudut datang dan sudut refleksi sama. Hukum ini bila digunakan bersama dengan parabola, membantu fokus balok. Bentuk
parabola bila digunakan untuk tujuan refleksi gelombang, menunjukkan beberapa sifat dari parabola, yang membantu untuk membangun antena, menggunakan gelombang tercermin.

Sifat Antenna Reflektor Parabola

  1. Semua gelombang yang berasal dari fokus, memantulkan kembali ke sumbu parabola. Oleh karena itu, semua gelombang mencapai aperture berada dalam fase.
  2. Sebagai gelombang berada dalam fase, sinar radiasi sepanjang sumbu parabola akan menjadi kuat dan terkonsentrasi.
Berikut titik-titik ini, pemantul parabolik membantu dalam memproduksi directivity tinggi dengan lebar balok sempit.

Konstruksi dan Cara Kerja Antenna Reflektor Parabola

Jika antena Parabolic reflektor digunakan untuk transmisi sinyal, sinyal dari feed, keluar dari dipole atau antena tanduk, untuk fokus gelombang ke parabola. Artinya, gelombang keluar dari titik fokus dan menyerang reflektor paraboloidal. Gelombang ini sekarang akan tercermin sebagai front gelombang collimated, seperti yang dibahas sebelumnya, untuk mendapatkan ditransmisikan.
Antena yang sama digunakan sebagai penerima. Ketika gelombang elektromagnetik hits bentuk parabola, gelombang akan tercermin ke titik feed. Dipol atau antena tanduk, yang bertindak sebagai antena penerima di feed, menerima sinyal ini, untuk mengubahnya menjadi sinyal listrik dan meneruskannya ke sirkuit penerima.
Gambar berikut menunjukkan Parabolic Reflector Antenna.
Gain dari paraboloid adalah fungsi dari rasio aperture (D / λ). The Radiated Power Efektif (ERP) dari antena adalah perkalian dari daya input diumpankan ke antena dan gain kekuatannya.
Biasanya gelombang antena panduan tanduk digunakan sebagai radiator Feed untuk antena paraboloid reflektor. Seiring dengan teknik ini, kita memiliki jenis lain dari pada feed yang diterima untuk antena paraboloid reflektor, yang disebut sebagai feed Cassegrain.

Cassegrain Feed

Casse gandum adalah jenis lain dari pada feed yang diterima ke antena reflektor. Pada tipe ini, feed terletak di titik dari paraboloid, tidak seperti di reflektor parabola. Sebuah reflektor cembung berbentuk, yang bertindak sebagai hyperboloid ditempatkan berlawanan dengan Feed antena. Ia juga dikenal sebagai reflektor hyperboloid sekunder atau sub-reflektor. Hal ini ditempatkan sedemikian rupa sehingga yang salah satu fokus bertepatan dengan fokus paraboloid tersebut. Dengan demikian, gelombang akan tercermin dua kali.
Sub Reflector
Gambar di atas menunjukkan model kerja Feed Cassegrain.

Cara Kerja Antenna Cassegrain 

Ketika antena bertindak sebagai antena pemancar, energi dari Feed memancarkan melalui antena tanduk ke reflektor cekung hyperboloid, yang lagi-lagi memantulkan kembali ke reflektor parabola. sinyal akan tercermin ke dalam ruang dari sana. Oleh karena itu, pemborosan listrik dikendalikan dan directivity akan ditingkatkan.
Ketika antena yang sama digunakan untuk penerimaan, gelombang elektromagnetik menyerang reflektor, akan tercermin pada hyperboloid cekung dan dari sana, mencapai feed. Panduan gelombang antena tanduk menyajikan sana untuk menerima sinyal ini dan mengirimkan ke sirkuit penerima untuk amplifikasi.
Kita lihat gambar berikut. Ini menunjukkan reflektor paraboloid dengan Feed Cassegrain.
Cassegrain Antenna

Keuntungan Antenna Reflektor Parabola

Berikut ini adalah keuntungan dari reflektor antena Parabolic :
  1. Pengurangan lobus minor
  2. Pemborosan daya dikurangi
  3. focal length setara dicapai
  4. Pakan dapat ditempatkan di setiap lokasi, sesuai dengan kenyamanan kita
  5. Penyesuaian balok (penyempitan atau pelebaran) dilakukan dengan menyesuaikan permukaan mencerminkan

Kerugian Antenna Reflektor Parabola

Berikut ini adalah kelemahan dari reflektor antena Parabolic:
  1. Beberapa kekuatan yang akan terpantul dari reflektor parabola terhambat. Hal ini menjadi masalah dengan parabola dimensi kecil.

Penggunaan Antenna Reflektor Parabola

Berikut ini adalah aplikasi dari reflektor antena Parabolic:
  1. Pakan Cassegrain reflektor parabola terutama digunakan dalam komunikasi satelit.
  2. Juga digunakan dalam sistem telekomunikasi nirkabel.
  3. Mari kita lihat jenis lain dari Feed disebut sebagai feed Gregorian untuk reflektor parabola.

Gregorian Feed

Ini adalah jenis lain dari Feed yang digunakan. Sepasang konfigurasi tertentu yang ada, dimana beamwidth pakan semakin meningkat sementara dimensi antena diadakan tetap. Seperti jenis Feed dikenal sebagai Feed Gregorian. Di sini, hyperboloid cembung berbentuk casssegrain diganti dengan paraboloid reflektor cekung berbentuk, yang tentu saja, lebih kecil dalam ukuran
Ini jenis Feed Gregorian reflektor dapat digunakan dalam empat cara :
  1. Sistem Gregorian menggunakan reflektor ellipsoidal sub-reflektor di F1 fokus.
  2. Sistem Gregorian menggunakan reflektor ellipsoidal sub-reflektor di F2 fokus.
  3. Sistem Cassegrain menggunakan hyperboloid sub-reflektor (cembung).
  4. Sistem Cassegrain menggunakan hyperboloid sub-reflektor (cekung tapi Feed menjadi sangat dekat untuk itu.)

Ini semua hanya untuk menyebutkan karena mereka tidak populer dan tidak banyak digunakan. Mereka punya keterbatasan mereka.
Gregorian Feed
Angka tersebut jelas menggambarkan pola kerja semua jenis reflektor. Ada jenis lain dari Reflektor paraboloid seperti -
  1. cut paraboloid 
  2. silinder Parabolic
  3. Parabola Kotak
  4. Namun, semua dari mereka jarang digunakan karena keterbatasan dan disavantages mereka miliki dalam kondisi kerja mereka.

Oleh karena itu, semua jenis antena reflektor, pemantul parabola sederhana dan Feed Cassegrain reflektor parabola adalah yang paling umum digunakan.

karakteristik dan parameter antena

KARAKTERISTIK DAN PARAMETER ANTENA

PENDAHULUAN
Antena (antenna) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Karena merupakan perangkat perantara antara media kabel dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai dengan media kabel pencatunya.
Dalam perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: bentuk dan arah radiasi yang diinginkan, polarisasi yang dimiliki, frekuensi kerja, lebar band (bandwidth), dan impedansi input yang dimiliki.
Untuk antena yang bekerja pada band VLF, LF, HF, VHF dan UHF bawah, sering mennggunakan jenis antena kawat (Gambar 1). Antena jenis ini, dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang dimana sistem bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja, maka semakin pendek panjang gelombangnya, sehingga semakin pendek panjang fisik suatu antena.
Untuk antena gelombang mikro, penggunaan antena luasan (aperture antena) seperti antena horn, antena parabola (Gambar2), akan lebih efektif dibanding dengan antena kawat. Karena antena yang demikian mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk memancarkan gelombang elektromagnetik.
  1. KARAKTERISTIK DAN PARAMETER ANTENA
1. Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Struktur pemancaran gelombang elektromagnetik yang paling sederhana adalah radiasi gelombang yang ditimbulkan oleh sebuah elemen arus kecil yang berubah-ubah secara harmonik. Elemen arus terkecil yang dapat menimbulkan pancaran gelombang elektromagnetik itu disebut sumber elementer (Lihat Gambar 3 ).
Jika medan yang ditimbulkan oleh setiap sumber elementer di dalam suatu konduktor antena dapat dijumlahkan secara keseluruhan, maka sifat-sifat radiasi dari sebuah antena akan diketahui. Timbulnya radiasi karena adanya sumber yang berupa arus bolak-balik ini diketahui secara matematis dari penyelesaian gelombang Helmhotz. Persamaan Helmholtz merupakan persamaan hasil penurunan lebih lanjut dari persamaan-persamaan Maxwell (lihat lampiran) dengan memasukkan kondisi Lorentz sebagai syarat batasnya. Dari hasil penyelesaian persamaan differrensial Helmholtz dengan menggunakan dyrac Green’s function, ditemukan bahwa potensial vektor pada suatu titik yang ditimbulkan oleh adanya arus yang mempunyai distribusi arus J adalah :
clip_image002clip_image004 (1)
dimana : Az = vektor potensial pada arah z
J = kerapatan arus
b        = bilangan gelombang (2p/l)
R = jarak titik pengamatan P dengan suber elementer
v’ = sumber elementer.
Persamaan di atas berlaku untuk segala bentuk sumber dan semua sistem koordinat, sehingga untuk mencari medan yang ditimbulkan oleh bermacam-macam bentuk dapat dipilih sistem koordinat yang sesaui dengan bentuk antena. Dengan diketahui potensial vektor A dari suatu sistem, maka medan magnet H dan medan listrik E yang dipancarkan oleh sumber itu akan dapat diketahui. Untuk medan magnet H dapat diperoleh dari persamaan :
H = Ñ x A (2)
Sedangkan medan listrik E dapat diperoleh dari salah satu bentuk persamaan Maxwell :
Ñ x H = J + j w e E (3)
Sehingga medan listrik E untuk daerah di dalam konduktor sumber adalah :
E = clip_image006 (Ñ x H – J) (4)
Dan untuk daerah di luar konduktor di mana J = 0, maka medan listrik E dari persamaan .. menjadi :
E =clip_image006[1] Ñ x H (5)
Apabila elemen sumber dan medan radiasinya berada di dalam koordinat bola, maka arah propagasi gelombangnya akan searah dengan vektor jari-jarinya. Sedangkan medan listrik dan medan magnet hanya mempunyai komponen q atau f, yang dalam ruang bebas akan berlaku :
Hf =clip_image009 dan Hq =clip_image011 (6)
Dengan : h = clip_image013 ( impedansi intrinsik medium)
(Lihat Gambar 1.2 Vektor medan dan poynting vektor pada koordinat bola)
2. POLA RADIASI
Pola radiasi antena adalah pernyataan grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan jauh sebagai fungsi arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila yang digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila yang digambarkan poynting vektor. Untuk dapat menggambarkan pola radiasi ini, terlebih dahulu harus ditemukan potensialnya.
Dalam koordinat bola, medan listrik E dan medan magnet H telah diketahui, keduanya memiliki komponen vetor q dan f. Sedangkan poynting vektornya dalam koordiant ini hanya mempunyai komponen radial saja. Besarnya komponen radial dari poynting vektor ini adalah :
Pr = ½ clip_image015 (7)
Dengan : | E | =clip_image017 (resultan dari magnitude medan listrik)
Eq : komponen medan listrik q
Ef : komponen medan listrik f
h : impedansi intrinsik ruang bebas (377 W)
Untuk menyatakan pola radiasi secara grafis, pola tersebut dapat digambarkan dalam bentuk absolut atau dalam bentuk relatif. Bentuk relatif adalah bentuk pola yang sudah dinormalisasikan, yaitu setiap harga dari pola radiasi tersebut telah dibandingkan dengan harga maksimumnya. Sehingga pola radiasi medan, apabila dinyatakan didalam pola yang ternormalisasi akan mempunyai bentuk :
F(q,f ) =clip_image002[1]clip_image019 (8)
Karena poynting vektor hanya mempunyai komponen radiasi yang sebenarnya berbanding lurus dengan kuadrat magnitudo kuat medannya, maka untuk pola daya apabila dinyatakan dalam pola ternormalisasi, tidak lain sama dengan kuadrat dari pola medan yang sudah dinormalisasikan itu.
P(q,f ) = | F(q,f ) |2 (9)
Seringkali juga pola radiasi suatu antena digambarkan dengan satuan decibel (dB). Intensitas medan dalam decibel didefinisikan sebagai :
F(q,f ) dB = 20 log | F(q,f ) | (dB) (10)
Sedangkan untuk pola dayanya didalam decibel adalah :
P(q,f ) dB = 10 log P(q,f )
= 20 log | F(q,f ) | (11)
Semua pola radiasi di atas adalah pola radiasi untuk kondisi medan jauh. Dalam pengukuran pola radiasi, faktor jarak mempengaruhi hasil pengukuran yang baik dan teliti. Semakin jauh jarak pengukuran pola radiasi yang digunakan semakin baik hasil yang diperoleh. Untuk melakukan pengukuran pola radiasi pada jarak yang benar-benar tak terhingga adalah suatu hal yang tak mungkin. Untuk keperluan pengukuran ini, ada suatu daerah di mana medan yang diradiasikan oleh antena sudah dapat dianggap sebagai tempat medan jauh apabila jarak antara sumber radiasi dengan antena yang diukur memenuhi ketentuan berikut :
r >clip_image021 (12)
r >> D dan r >> l
Dimana : r : jarak pengukuran
D : dimensi antena yang terpanjang
l : panjang gelombang yang dipancarkan sumber.

2.a Side Lobe Level

Ukuran yang menyatakan besar daya yang terkonsentrasi pada side lobe dibanding dengan main lobe disebut Side Lobe Level (SLL), yang merupakan rasio dari besar puncak dari side lobe terbesar dengan harga maksiumum dari main lobe. Side Lobe Level (SLL) dinyatakan dalam decibel (dB), dan ditulis dengan rumus sebagai berikut :
SLL = 20 logclip_image023 dB (13)
Dengan :F(SLL) : nilai puncak dari side lobe terbesar
F(maks) : nilai maksimum dari main lobe
Untuk normalisasi, F(maks) mempunyai harga = 1 (satu).
2.b Half Power Beam Width (HPBW)
HPBW adalah sudut dari selisih titik-titik pada setengah pola daya dalam main lobe, yang dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
HPBW = | q HPBW left - q HPBW right | (14)
Dengan q HPBW left dan q HPBW right : titik-titik pada kiri dan kanan dari main lobe dimana pola daya mempunyai harga ½ .
Suatu antena yang mempunyai pola radiasi broad side adalah antena dimana pancaran utama maksimum dalam arah normal terhadap bidang dimana antena berada. Sedangkan antena end fire adalah antena yang pancaran utama maksimum dalam arah paralel terhadap bidang utama antena. Namun ada juga antena yang mempunyai pola radiasi di mana arah maksimum main lobe berada diantara bentuk broad side dan end fire yang disebut dengan intermediate.(lihat pola radiasipada gambar 4).
3. Direktivitas dan Gain
Hal terpenting dari suatu antena adalah seberapa besar antena mampu mengkonsentrasikan energi pada suatu arah yang diinginkan, dibandingkan dengan radiasi pada arah yang lain. Karakteristik tersebut dinamakan direktivitas (directivity) dan power gain. Power gain dinyatakan relatif terhadap suatu referensi tertentu, seperti sumber isotropis atau dipole ½ l.
Intensitas radiasi adalah daya yang diradiasikan pada suatu arah per unit sudut dan mempunyai satuan watt per steradian. Intensitas radiasi, dapat dinyatakan sebagai berikut :
U(q,f) = ½ Re (E x H*) r2 = Pr r2 (15)
U(q,f) = Um | F(q,f) |2 (16)
Dimana : Pr = kerapatan daya
Um = intensitas maksimum
| F(q,f) |2 = magnitudo pola medan normalisasi
Intensitas radiasi dari sumber isotropis adalah tetap untuk seluruh ruangan pada suatu harga U(q,f). Dan untuk sumber non isotropis, intensitas radiasinya tidak tetap pada seluruh ruangan tetapi suatu daya rata-rata per steradian, dapat dinyatakan sebagai berikut :
Uave =clip_image002[2]clip_image025 (17)
Dengan : d W = sin q dq df
PT­­ : kerapatan daya total
3.a Direktivitas Antena
Directive gain adalah perbandingan intensitas radiasi pada suatu arah dengan intensitas radiasi rata-rata, yang dinyatakan sebagai berikut :
D(q,f) =clip_image027 (18)
Dimana : U(q,f) = intensitas radiasi, Uave = intensitas radiasi rata-rata
Jika pembilang dan penyebut dibagi dengan r2 maka akan diperoleh rasio kerapatan daya dengan kerapatan daya rata-rata. Dengan memasukkan persamaan 16 dan 17 kedalam persamaan 18 maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
clip_image029 (19)
Dengan WA =clip_image031 (20)
Sedangkan direktivitas merupakan harga maksimum dari directive gain, yang dapat dinyatakan dengan :
D =clip_image033 (21)
3.b. Gain Antena
Penggunaan antena biasanya lebih memperhatikan efisien dalam memindahkan daya yang terdapat pada terminal input menjadi daya radiasi. Untuk menyatakan ini, power gain (atau gain saja) didefinisikan sebagai 4p kali rasio dari intensitas pada suatu arah dengan daya yang diterima antena, dinyatakan dengan :
G(q,f) = 4p clip_image035 (22)
Definisi ini tidak termasuk losses yang disebabkan oleh ketidaksesuaian impedansi (impedance missmatch ) atau polarisasi. Harga maksimum dari gain adalah harga maksimum dari intensitas radiasi atau harga maksimum dari persamaan (22), sehingga dapat dinyatakan dengan :
G = 4p clip_image037 (23)
Jika tidak ada arah yang ditentukan dan harga power gain tidak dinyatakan sebagai suatu fungsi dari q dan f, diasumsikan sebagai gain maksimum.
Direktivatas dapat ditulis sebagai D = 4p clip_image039 , jika dibandingakan dengan persamaan (23) maka akan terlihat bahwa perbedaan gain maksimum dengan direktivitas hanya terletak pada jumlah daya yang digunakan. Direktivitas dapat menyatakan gain suatu antena jika seluruh daya input menjadi daya radiasi. Dan hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya losses pada daya input. Bagian daya input (Pin) yang tidak muncul sebagai daya radiasi diserap oleh antena dan struktur yang dekat dengannya. Hal tersebut menimbulkan suatu definisi baru, yaitu yang disebut dengan efisiensi radiasi, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
e = clip_image041 (24)
dengan harga e diantara nol dan satu ( 0 < e < 1) atau ( 0 < e < 100%).Sehingga gain maksimum suatu antena sama dengan direktivitas dikalikan dengan efisiensi dari antena, yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
G = e D (25)
Namun dalam prakteknya jarang gain antena dihitung berdasarkan direktivitas (directivity) dan efisiensi yang dimilikinya, karena diperlukan perhitungan yang tidak mudah. Salah satu metode pengukuran power gain maksimum terlihat seperti pada gambar 5. Sebuah antena sebagai sumber radiasi, dicatu dengan daya tetap oleh transmitter sebesar Pin. Mula-mula antena standard dengan power gain maksimum yang sudah diketahui (Gs) digunakan sebagai antena penerima seperti terlihat pada gambar 5a. Kedua antena kemudian saling diarahkan sehingga diperoleh daya output Ps yang maksimum pada antena penerima. Selanjutnya antena standard diganti dengan antena yang akan dicari power gain-nya, sebagaimana terlihat pada gambar 5b. Dalam posisi ini antena penerima harus mempunyai polarisasi yang sama dengan antena standard dan diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya out put Pt yang maksimum. Apabila pada antena standard sudah diketahui gain maksimumnya, maka dari pengukuran gain maksimum antena yang dicari dapat dihitung dengan :
Gt = clip_image043 Gs (26)
Atau jika dinyatakan dalam decibel adalah :
Gt (dB) = Pt (dB) - Ps (dB) + Gs (dB) (27)
4. IMPEDANSI ANTENA
Impedansi input akan dipengaruhi oleh antena-antena lain atau obyek-obyek yang dekat dengannya. Untuk mempermudah dalam pembahasan diasumsikan antena terisolasi.
Impedansi antena terdiri dari bagain riil dan imajiner, yang dapat dinyatakan dengan :
Zin = Rin + j Xin (28)
Resistansi input (R­in) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi melalui dua cara, yaitu karena panas pada struktur antena yang berkaitan dengan perangkat keras dan daya yang meninggalkan antena dan tidak kembali (teradiasi). Reaktansi input (Xin) menyatakan daya yang tersimpan pada medan dekat dari antena. Disipasi daya rata-rata pada antena dapat dinyatakan sebagai berikut :
Pin = ½ R | Iin |2 (29)
Dimana : Iin = arus pada terminal input
Faktor ½ muncul karena arus didefinisikan sebagai harga puncak. Daya dissipasi dapat diuraikan menjadi daya rugi ohmic dan daya rugi radiasi, yang dapat ditulis dengan :
Pin = Pohmic + Pr (30)
Dimana : Pr : ½ Rin | Iin |2
Pohmic = ½ Rohmic | Iin |2
Sehingga definisi resistansi radiasi dan resistansi ohmic suatu antena pada terminal input adalah :
clip_image045 (31a)
clip_image047 (31b)
Resistansi radiasi adalah relatif terhadap arus pada setiap titik antena. Biasanya digunakan arus maksimum, dengan kata lain arus yang digunakan pada persamaan 30 adalah arus maksimum.
Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka impedansi antena haruslah conjugate match (besarnya resistansi dan reaktansi sama tetap berlawanan tanda). Jika hal ini tidak terpenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan atau diterima, sesaui dengan persamaan sebagai berikut :
GL =clip_image049 (32)
Dengan : e-L = tegangan pantul ZL = impedansi beban
e+L = tegangan datang Zin = impedansi input
Sedangkan Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), dinyatakan sebagai berikut :
VSWR =clip_image051 (33)
Dalam prakteknya VSWR harus bernilai lebih kecil dari 2 (dua).
5. POLARISASI ANTENA
Polarisasi antena didefinisikan sebagai arah vektor medan listrik yang diradiasikan oleh antena pada arah propagasi. Jika jalur dari vektor medan listrik maju dan kembali pada suatu garis lurus dikatakan berpolarisasi linier.
Jika vektor medan listik konstan dalam panjang tetapi berputar disekitar jalur lingkaran, dikatakan berpolarisasi lingkaran. Jika vektornya berputar berlawanan arah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kanan (right hand polarize) dan yang searah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kiri (left hand polarize).
Gelombang yang menghasilkan polarisasi ellip adalah gelombang berjalan sepanjang sumbu z yang perputarannya dapat ke kiri dan ke kanan, dan vektor medan listrik sesaatnya e mempunyai arah komponen ex dan ey sepanjang sumbu x dan sumbu y. Harga puncak dari komponen-komponen tersebut adalah E1 dan E1.
Harga ralatif dari E1 dan E2, dapat dinyatakan sebagai berikut :
clip_image053 (34)
Sudut kemiringan ellips t adalah sudut antara sumbu x dengan sudut utama ellips. d adalah fase, dimana komponen y mendahului komponen x. Jika komponennya sefase (d =0), maka vektor akan berpolarisasi linier.
Orientasi dari polarisasi linier tergantung tergantung harga relatif dari E1 dan E2,.
jika : E1 = 0 maka terjadi polarisasi linier vertikal
E2 = 0 maka terjadi polarisasi linier horisontal
E1= E2 maka terjadi polarisasi linier membentuk sudut 450
Untuk memaksimumkan sinyal yang diterima, maka polarisasi antena penerima harus sama dengan polarisasi antena pemancar. Kadang terjadi antara antena penerima dan pemancar berpolarisasi berbeda. Hal tersebut akan mengurangi intensitas sinyal yang diterima.
Sebuah antena dapat memancarkan energi dengan polarisasi yang tidak diinginkan (polarisasi silang /cross polarized) dan berakibati mengurangi gain.
6. Bandwidth Antena
Antena dituntut bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau memancarkan gelombang pada band frekuensi tertentu. Bekerja efektif artinya distribusi arus dan impedansi dari antena pada range frekuensi tersebut belum banyak mengalami perubahan dan belum keluar dari batas yang diijinkan. Daerah frekuensi kerja dimana antena dapat bekerja dengan baik dinamakan bandwidth antenna. Misal sebuah antena bekerja pada frekuensi sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 < fC sampai dengan f2 > fC, maka lebar bandwidth dari antena tersebut adalah (f1 – f2). Apabila dinyatakan dalam prosen, maka bandwidth antena tersebut adalah :
BW = clip_image055 x 100 % (35)
Bandwidth yang dinyatakan dalam prosen digunakan untuk menyatakan bandwidth antena dengan band sempit (narrow band). Untuk band yang lebar (broad band) digunakan definsi rasio antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah.
BW =clip_image057 (36)
Bandwidth antena dipengaruhi oleh luas penampang konduktor dan bentuk geometrinya. Misalnya pada antena dipole akan mempunyai bandwidth yang semakin lebar apabila penampang konduktor yang digunakannya semakin besar. Demikian pula pada antena yang mempunyai susunan fisik yang berubah secara smoth akan menghasilkan pola radiasi dan impedansi input yang berubah secara smoth terhadap perubahan frekuensi. Pada jenis antena gelombang berjalan (tavelling wave) ternyata ditemukan lebih lebar range frekuensi kerjanya daripada antena resonan.
  1. KESIMPULAN
1. Antena jenis antena kawat dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang dimana sistem bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja, maka semakin pendek panjang gelombangnya, sehingga semakin pendek panjang fisik suatu antena. Untuk antena gelombang mikro, menggunakan antena luasan (aperture antena) karena mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk memancarkan gelombang elektromagnetik.
2. Dalam pengukuran pola radiasi, faktor jarak mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran. Semakin jauh jarak pengukuran pola radiasi yang digunakan semakin baik hasil yang diperoleh. Untuk melakukan pengukuran pola radiasi pada jarak yang benar-benar tak terhingga adalah suatu hal yang tak mungkin.
3. Karakter yang penting dari suatu antena adalah seberapa besar antena mampu mengkonsentrasikan energi pada suatu arah yang diinginkan, dibandingkan dengan radiasi pada arah yang lain.
4. Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka impedansi antena haruslah conjugate match (besarnya resistansi dan reaktansi sama tetap berlawanan tanda).
5. Untuk memaksimumkan sinyal yang diterima, maka polarisasi antena penerima harus sama dengan polarisasi antena pemancar. Antena bekerja efektif artinya distribusi arus dan impedansi dari antena pada range frekuensi tersebut belum banyak mengalami perubahan dan belum keluar dari batas yang diijinkan.
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Ing Mudrik Alaydrus, Antena Reflektor. <http//Mudrikalaydrus.files. wordpress.com/2008/05>. Diakses tanggal 14 November 2008 Jam 19.11.
  1. John D. Krous. 1988. Antenas. McGraw-Hill Book Company.
  1. Subagjo Basuki B. 2003. Antena dan Propagasi. Polines. Semarang.
  1. Uke Kurniawan Usman.Sistem LMDS Wireless Broadband .<www.te.ugm.ac.id/~nanangsw>. Diakses tanggal 2 November 2008 Jam 19.48.


  1. Umi Fadhillah. Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal. <http://eprints.ums.ac.id/16/1/Emitor>. Diakses tanggal 7 November 2008 Jam 19.20.